Minggu, 24 November 2013

Pertimbangan Dalam Memilih Makanan Siap Saji "Blenger Burger"

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kehidupan yang menuntut segala sesuatu serba cepat, waktu terbatas, anak harus pergi sekolah sementara ibu dan bapak harus segera berangkat kerja, sebagai jalan pintas untuk sarapan disediakanlah makanan siap saji yang memakan waktu penyiapan 3 sampai 5 menit. 
Kehadiran fast food langsung disukai oleh masyarakat karena cocok untuk gaya hidup orang modern. Cara penyajiannya cepat sehingga semua orang bisa menyantapnya sambil berdiri atau berjalan, bahkan jalan-jalan di taman kota.
Pelayan yang ramah dan berpakaian rapi, pelayanan yang cepat, ruang makan yang bersih dan nyaman, kualitas makanan yang terstandarisasi, manajemen SDM yang baik serta lokasi usahanya yangstrategis.
Untuk makan, kita umumnya menginginkan semuanya serba cepat dan praktis sehingga kita lebih memilih makan fast food atau makanan cepat saji. Disini kami ingin membahas salah satu gerai makanan siap saji yaitu “Blenger Burger”.

Tujuan

Untuk mengetahui apa saja pertimbangan dalam memilih gerai makanan siap saji di “Blenger Burger”.


Kajian Pustaka

Makanan Cepat Saji (Fast Food)
Makanan cepat saji (fast food) adalah makanan yang tersedia dalam waktu cepat dan siap disantap, seperti fried chiken, hamburger atau pizza. Mudahnya memperoleh makanan siap saji di pasaran memang memudahkan tersedianya variasi pangan sesuai selera dan daya beli. Selain itu, pengolahan dan penyiapannya lebih mudah dan cepat, cocok bagi mereka yang selalu sibuk ( Sulistijani, 2002).
Kehadiran makanan cepat saji dalam industri makanan di Indonesiajuga bisa mempengaruhi pola makan kaum remaja di kota. Khususnya bagi remaja tingkat menengah ke atas, restoran makanan cepat saji merupakan tempat yang tepat untuk bersantai. Makanan di restoranfast foodditawarkan dengan harga terjangkau dengan kantong mereka, servisnya cepat dan jenis makanannya memenuhi selera. Makanan cepat saji umumnya mengandung kalori, kadar lemak, gula dan sodium (Na) yang tinggi tetapi rendah serat, vitamin A, asam akorbat, kalsium dan folat. Makanan cepat saji adalah gaya hidup remaja (Khomsan, 2004).
Keberadaan restoran-restoran fast food yang semakin menjamur di kota-kota besar di Indonesia, yang menyajikan berbagai makanan siap saji yang dapat berupa makanan tradisional Indonesia (seperti restoran padang) dan makanan barat (Kentucy fried chickenCalifornia fried chicken) yang terkenal dengan ayam gorengnya, disamping jenis makanan yang tidak kalah popular seperti Burger, Pizza, Sandwich, dan sebagainya. Dengan manajemen yang handal dan juga dilakukannya terobosan misalnya pelayanan yang praktis, desain interior restoran dibuat rapi, menarik dan bersih tanpa meninggalkan unsur kenyamanan, serta rasanya yang lezat membuat mereka yang sibuk dalam pekerjaanya memilih alternatif untuk mengkonsumsi jenis fast food, karena lebih cepat dan juga mengandung gengsi bagi sebagian golongan masyarakat. Bahkan di hari libur pun biasanya banyak keluarga yang memilih makanan diluar dengan jajanan fast food (Khomsan, 2004).
Makanan cepat saji mempunyai kelebihan yaitu penyajian cepat sehingga hemat waktu dan dapat dihidangkan kapan dan dimana saja, tempat saji dan penyajian yang higienis, dianggap makanan bergengsi, makanan modern, juga makanan gaul bagi anak muda. Makanan cepat saji yang dimaksud adalah jenis makanan yang dikemas, mudah disajikan, praktis, atau diolah dengan cara sederhana. Makanan tersebut umumnya diproduksi oleh industri psengolahan pangan dengan teknologi tinggi dan memberikan berbagai zat aditif untuk mengawetkan dan memberikan cita rasa bagi produk tersebut.



PEMBAHASAAN

Kami memilih gerai siap saji “Blenger Burger” selain karena rasa yang nikmat juga karena ukuran yang besar. Harganya pun sangat terjangkau dengan kisaran Rp.10.000 – 20.000. Disana juga terdapat beberapa varian menu yang ditawarkan seperti Cheese Burger, Beef Burger, Chilli Dog, Cheesy Dog,dan Chilli Dog XL.
Nama Blenger Burger mungkin bukan hal asing bagi sebagian masyarakat Jakarta. Burger ini memang menjadi fenomenal saat pertama kali muncul. Untuk menikmatinya banyak orang yang rela antri di kiosnya. Sampai sekarang pun, burger ini masih memikat para pengunjungnya sehingga terus menjadi tujuan bagi pecinta burger. Burger ini mempunyai logo "It's Worth The Wait". Apakah benar burger ini layak untuk ditunggu?
Burger Blenger adalah burger asli buatan Indonesia, bukan merupakan franchise dari luar negeri seperti kebanyakan burger yang ada. Untuk mendapatkan kualitas dan rasa burger yang nikmat, bahan-bahan seperti roti, isian daging, mayonase, dan lainnya, semuanya dibuat oleh pemilik tempat makan ini. Itulah yang menjadikan burger ini memiliki rasa yang lebih Indonesia dan berkualitas.
Daging pada Blenger Burger lebih besar dibandingkan dengan burger rata-rata yang ada dan terasa empuk. Begitu juga dengan rotinya yang lebih tebal. Yang menjadi khas adalah keju dan mayonase burger yang mencair. Rupanya, setelah roti disisipkan daging, lettuce, timun dan mayonase, maka burger akan dipanggang kembali. Inilah yang menyebabkan mengapa Blenger Burger tampil dengan mayonase mencair.
Saat ini, sudah ada tiga cabang tempat yang terletak di Jakarta dan Tangerang. Tempat menjualnya hanya merupakan kios berukuran kecil yang menyediakan beberapa kursi dan meja suasana outdoor untuk pelanggan yang ingin makan di tempat (dine in).
Kios tempat berjualan bukanlah kios dengan ukuran yang besar. Tempat menjualnya hanya merupakan tempat kecil yang menyediakan beberapa kursi dan meja suasana outdoor untuk pelanggan yang ingin makan di tempat atau sedang tengah di tempat ini. Pemilik membuat konsep dapur terbuka pada setiap kiosnya. maksudnya, Anda dapat melihat sendiri bagaimana sebuah burger dibuat, mulai dari membakar dagingnya sampai meraciknya untuk diserahkan kepada tamu.

Restoran ini hanya memiliki lokasi di daerah jakarta dan tangerang, berikut alamat lengkap gerai mereka:

Burger Blenger Jakarta
Gria Astika
Jl.Lamandau IV No. 16-18
Kebayoran Baru
Jakarta Selatan
Telp: 08881611200

Burger Blenger Bintaro
Bintaro Taman Barat Blok F/1 No. 1
Sektor 1 Bintaro Jaya
Telp: 08568308001

Burger Blenger BSD
Ruko Versailles Block FA/1
Sektor 1.6 BSD
Tangerang
Telp: 021-7362592, 0813 8141 222

Kelebihan
-          Harga yang murah
-          Porsi burger dan menu yang lainnya cukup besar
-          Cocok untuk tempat hangout
-          Tidak menunggu lama
-          Pelayanan yang bagus dan cepat

Kekurangan
-          Tempat kurang besar
-          Variasi menu yang tidak begitu banyak
-          Setiap weekend pasti ramai sekali dan kadang sampai mengantri



PENUTUP


KESIMPULAN

            Blenger Burger menjadi salah satu makanan favorit bagi anak muda karena rasanya yang enak, penyajiannya yang cepat, ukurannya yang besar serta tentu saja karena harganya yang murah meriah. Walaupun menjual dengan harga yang murah akan tetapi tetap berkualitas. Para pembeli pun rela mengantri untuk bias mendapatkan Blenger Burger. Produk ini bukanlah produk franchise dari luar negeri sehingga rasanya cocok dengan mulut orang Indonesia. Dan semua bahan dibuat langsung jadi semua bahan masih fresh karena produk Blenger Burger asli dari Indonesia.



DAFTAR PUSTAKA


Jumat, 01 November 2013

Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam membeli pakaian

Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam membeli pakaian


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku pelanggan. Faktor-faktor tersebut dibedakan menjadi 2 bagian yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pribadi seorang konsumen dan faktor-faktor yang berasal dari lingkungan sekitar seorang konsumen.
Adapun yang mempengaruhi faktor-faktor perilaku konsumen antara lain, kekuatan social budaya terdiri dari factor budaya, tingkat social, kelompok anutan ( small reference groups) dan keluarga. Sedangkan kekuatan psikologis terdiri dari pengalaman belajar, kepribadian, sikap dan keyakinan.
Menganalisis perilaku konsumen akan berhasil apabila kita dapat memahami aspek-aspek psikologis manusia secara keseluruhan. Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan.
Tujuan
Untuk mengetahui lebih jelas factor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam membeli pakaian.
Kajian Pustaka

Faktor Sosial
a.      Group
Sikap dan perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak grup-grup kecil. Kelompok dimana orang tersebut berada yang mempunyai pengaruh langsung disebut membership group. Membership group terdiri dari dua, meliputi primary groups (keluarga, teman, tetangga, dan rekan kerja) dan secondary groups yang lebih formal dan memiliki interaksi rutin yang sedikit (kelompok keagamaan, perkumpulan profesional dan serikat dagang). (Kotler, Bowen, Makens, 2003, pp. 203-204).
b.      Family Influence
Keluarga memberikan pengaruh yang besar dalam perilaku pembelian. Para pelaku pasar telah memeriksa peran dan pengaruh suami, istri, dan anak dalam pembelian produk dan servis yang berbeda. Anak-anak sebagai contoh, memberikan pengaruh yang besar dalam keputusan yang melibatkan restoran fast food. (Kotler, Bowen, Makens, 2003, p.204).
c.       Roles and Status
Seseorang memiliki beberapa kelompok seperti keluarga, perkumpulan-perkumpulan, organisasi. Sebuah role terdiri dari aktivitas yang diharapkan pada seseorang untuk dilakukan sesuai dengan orang-orang di sekitarnya. Tiap peran membawa sebuah status yang merefleksikan penghargaan umum yang diberikan oleh masyarakat (Kotler, Amstrong, 2006, p.135).
Faktor Personal
a.      Economic Situation (Keadaan Ekonomi)
Keadaan ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan produk, contohnya rolex diposisikan konsumen kelas atas sedangkan timex dimaksudkan untuk konsumen menengah. Situasi ekonomi seseorang amat sangat mempengaruhi pemilihan produk dan keputusan pembelian pada suatu produk tertentu (Kotler, Amstrong, 2006, p.137).
b.      Lifestyle (Pola/Gaya Hidup)
Pola kehidupan seseorang yang diekspresikan dalam aktivitas, ketertarikan, dan opini orang tersebut. Orang-orang yang datang dari kebudayaan, kelas sosial, dan pekerjaan yang sama mungkin saja mempunyai gaya hidup yang berbeda (Kotler, Amstrong, 2006, p.138)
c.       Personality and Self Concept (Karakteristik)
Personality adalah karakteristik unik dari psikologi yang memimpin kepada kestabilan dan respon terus menerus terhadap lingkungan orang itu sendiri, contohnya orang yang percaya diri, dominan, suka bersosialisasi, otonomi, defensif, mudah beradaptasi, agresif (Kotler, Amstrong, 2006, p.140). Tiap orang memiliki gambaran diri yang kompleks, dan perilaku seseorang cenderung konsisten dengan konsep diri tersebut (Kotler, Bowen, Makens, 2003, p.212).
d.      Age and Life Cycle Stage (Umur)
Orang-orang merubah barang dan jasa yang dibeli seiring dengan siklus kehidupannya. Rasa makanan, baju-baju, perabot, dan rekreasi seringkali berhubungan dengan umur, membeli juga dibentuk oleh family life cycle. Faktor-faktor penting yang berhubungan dengan umur sering diperhatikan oleh para pelaku pasar. Ini mungkin dikarenakan oleh perbedaan yang besar dalam umur antara orang-orang yang menentukan strategi marketing dan orang-orang yang membeli produk atau servis. (Kotler, Bowen, Makens, 2003, pp.205-206)
e.       Occupation
Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibeli. Contohnya, pekerja konstruksi sering membeli makan siang dari catering yang datang ke tempat kerja. Bisnis eksekutif, membeli makan siang dari full service restoran, sedangkan pekerja kantor membawa makan siangnya dari rumah atau membeli dari restoran cepat saji terdekat (Kotler, Bowen,Makens, 2003, p. 207).
Faktor Psychological
a.      Motivation (Moitivasi)
Kebutuhan yang mendesak untuk mengarahkan seseorang untuk mencari kepuasan dari kebutuhan. Berdasarkan teori Maslow, seseorang dikendalikan oleh suatu kebutuhan pada suatu waktu. Kebutuhan manusia diatur menurut sebuah hierarki, dari yang paling mendesak sampai paling tidak mendesak (kebutuhan psikologikal, keamanan, sosial, harga diri, pengaktualisasian diri). Ketika kebutuhan yang paling mendesak itu sudah terpuaskan, kebutuhan tersebut berhenti menjadi motivator, dan orang tersebut akan kemudian mencoba untuk memuaskan kebutuhan paling penting berikutnya (Kotler, Bowen, Makens, 2003, p.214).
b.      Perception (Persepsi)
Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengorganisasi, dan menerjemahkan informasi untuk membentuk sebuah gambaran yang berarti dari dunia. Orang dapat membentuk berbagai macam persepsi yang berbeda dari rangsangan yang sama (Kotler, Bowen, Makens, 2003, p.215).
c.       Learning (Pembelajaran)
Pembelajaran adalah suatu proses, yang selalu berkembang dan berubah sebagai hasil dari informasi terbaru yang diterima (mungkin didapatkan dari membaca, diskusi, observasi, berpikir) atau dari pengalaman sesungguhnya, baik informasi terbaru yang diterima maupun pengalaman pribadi bertindak sebagai feedback bagi individu dan menyediakan dasar bagi perilaku masa depan dalam situasi yang sama (Schiffman, Kanuk, 2004, p.207).
d.      Beliefs and Attitude (pemikiran deskriptif)
Beliefs adalah pemikiran deskriptif bahwa seseorang mempercayai sesuatu. Beliefs dapat didasarkan pada pengetahuan asli, opini, dan iman (Kotler, Amstrong, 2006, p.144). Sedangkan attitudes adalah evaluasi, perasaan suka atau tidak suka, dan kecenderungan yang relatif konsisten dari seseorang pada sebuah obyek atau ide (Kotler, Amstrong, 2006, p.145).
Faktor Cultural
Nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan, dan perilaku yang dipelajari seseorang melalui keluarga dan lembaga penting lainnya (Kotler, Amstrong, 2006, p.129). Penentu paling dasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Culture, mengkompromikan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan, dan perilaku yang dipelajari seseorang secara terus-menerus dalam sebuah lingkungan. (Kotler, Bowen, Makens, 2003, pp.201-202).
a.      Subculture
Sekelompok orang yang berbagi sistem nilai berdasarkan persamaan pengalaman hidup dan keadaan, seperti kebangsaan, agama, dan daerah (Kotler, Amstrong, 2006, p.130). Meskipun konsumen pada negara yang berbeda mempunyai suatu kesamaan, nilai, sikap, dan perilakunya seringkali berbeda secara dramatis. (Kotler, Bowen, Makens, 2003, p.202).
b.      Social Class
Pengelompokkan individu berdasarkan kesamaan nilai, minat, dan perilaku. Kelompok sosial tidak hanya ditentukan oleh satu faktor saja misalnya pendapatan, tetapi ditentukan juga oleh pekerjaan, pendidikan, kekayaan, dan lainnya (Kotler, Amstrong, 2006, p.132).


PEMBAHASAAN
Perilaku pembelian konsumen sebenarnya di pengaruhi oleh faktor-faktor budaya, sosial, pribadi, dan psikologis. Sedangkan faktor yang paling berpengaruh dan paling luas dan paling dalam adalah faktor budaya.
·         FAKTOR BUDAYA
Budaya, sub-budaya, dan kelas sosial sangat penting bagi perilaku pembelian. Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku pembentuk paling dasar. Anak-anak yang sedang tumbuh mendapatkan seperangkat nilai, persepsi, preferensi, dan perilaku dari keluarga dan lembaga-lembaga penting lainnya. Masing-masing budaya terdiri dari sejumlah sub-budaya yang lebih menampakkan identifikasi dan sosialisasi khusus bagi para anggotanya. Sub-budaya mencakup kebangsaan, suku, agama, ras, kelompok bagi para anggotanya. Ketika sub-budaya menjadi besar dan cukup makmur, perusahaan akan sering merancang program pemasaran yang cermat disana.
Faktor Budaya merupakan salah satu faktor yang bisa mempengaruhi konsumen dalam melakukan keputusan pembelian suatu produk. Dalam hal ini yaitu pakaian, maka memotivasinya adalah membeli produk-produk yang berasal dari Indonesia/dalam negeri. Alasannya adalah sudah sangat mencintai kebudayaan Indonesia sehingga hanya mau membeli produk-produk buatan local.
·         FAKTOR SOSIAL
Selain budaya faktor sosial juga ikut mempengaruhi seseorang dalam pembelian suatu produk. Biasanya secara sosial adalah yang sedang trend di masyarakat. Karena biasanya konsumen cenderung selalu ingin mengikuti segala sesuatu model yang sedang trend. Kemudian ada juga yang bilang kalau tidak mengikuti trend maka ketinggalan jaman. Didalam hal ini yaitu model pakaian misalnya saja yang sedang trend disini adalah kemeja-kemeja yang sudah dimodivikasi sehingga tampak lebih modern.
Peran dan status sosial seseorang menunjukkan kedudukan orang itu setiap kelompok sosial yang ia tempati. Peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang. Masing-masing peran menghasilkan status.
·         FAKTOR PRIBADI
Faktor Pribadi, adalah faktor yang paling menentukan dalam pembelian suatu produk. Hal ini dikarenakan sangat dipengaruhi oleh beberapa karakteristik seperti usia, keadaan ekonomi, dan yang paling penting adalah kosep diri. Dalam hal ini adalah produk pakaian maka yang menentukan adalah kenyamanan dalam memakainya dan harga yang terjangkau.
·         FAKTOR PSIKOLOGIS
Titik awal untuk memahami perilaku konsumen adalah adanya rangsangan pemasaran luar seperti ekonomi, teknologi, politik, budaya. Satu perangkat psikologi berkombinasi dengan karakteristik konsumen tertentu untuk menghasilkan proses keputusan dan keputusan pembelian. Empat proses psikologis (motivasi, persepsi, ingatan dan pembelajaran) secara fundamental, mempengaruhi tanggapan konsumen terhadap rangsangan pemasaran.
Dalam hal ini yaitu pakaian maka berdasarkan faktor psikologis adalah faktor kepuasan. Dan kepuasan akan terasa atau terdapat jika rasa kenyamanan terpenuhi.
PENUTUP
KESIMPULAN
Perilaku konsumen yang dilakukan individu maupun kelompok yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan, menggunakan barang dan jasa dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu budaya, social, pribadi, psikologis dan struktur itu sendiri.
Adapun juga tingkat keterlibatan diferensiasi merek juga dapat mempengaruhi seorang konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian suatu produk. Variabel pemikiran konsumen adalah faktor kognitip yang mempengaruhi pengambilan keputusan. Tiga tipe variable pemikiran berperan secara esensial dalam pengambilan keputusan, antara lain persepsi karateristik merk, sikap lanjutan terhadap merk dan manfaat keinginan konsumen. Ini merupakan juga hasil akhir proses konsumen keputusan konsumen.

DAFTAR PUSTAKA
http://emanuelbagus.wordpress.com/2013/01/15/faktor-yang-mempengaruhi-perilaku-pembelian-konsumen/